Awalnya dia
mungkin hanya seorang geek, yang biasa Anda temui di sekeliling Anda
berkutat sepanjang hari di depan komputer, mengerjakan pemrograman-pemrograman
ruwet, dan menikmati malam minggu dengan bermain video game.
Jeffrey Preston
Bezos, sang sarjana komputer lulusan Princeton dan penggemar Star Trek itu, di usianya yang ke-49
tahun ini adalah salah satu orang terkaya dunia, CEO terbaik kedua versi Harvard Business Review, hanya berada di
bawah sang legenda, Steve Jobs, dan salah seorang pemimpin terbaik Amerika
versi US News and World Report. Jeff
Bezos, panggilannya, adalah CEO Amazon.com, perusahaan yang mengubah cara dunia
bertransaksi.
![]() |
Jeff Bezos |
Perjalanannya berawal
saat ia mengambil sebuah langkah yang boleh dikatakan nekat. Berhenti setelah
menjadi vice president sebuah firma
di Wall Street, Jeff membuka usahanya sendiri pada tahun 1994 di garasi
rumahnya sendiri. Tetapi mungkin tak ada keputusan yang bisa lebih tepat dari
yang diambilnya ini. Jeff membidik
bisnis yang belum digarap orang orang lain sama sekali, toko buku online, dan analisisnya terbukti tepat.
Hanya berselang tiga puluh hari sejak Amazon.com diluncurkan pada 16 Juli 1995,
usaha rintisannya itu telah melayani penjualan ke seluruh penjuru AS dan 45
negara dunia. Dalam dua bulan, penjualannya mencapai $20.000 per minggu. Semua
prestasi ini dicetak Amazon.com tanpa didukung promosi media cetak.
Amazon.com, yang
sempat diragukan para analis akan dapat mempertahankan kesuksesannya setelah jaringan
gerai buku konvensional besar membuka situs penjualan buku, ternyata
mempertahankan pertumbuhan pesatnya seiring waktu. Bisnis ini pun
berangsur-angsur memperluas cakupanya dengan menjual berbagai produk lainnya. Nah,
sekarang saat Anda mencari apa pun yang tidak bisa didapat di Indonesia, yang
terbayang paling pertama tentu Amazon.com bukan?
Dari keuntungan
tahun pertamanya yang sebesar $510.000, tahun 2011 silam Amazon.com telah
mencetak keuntungan tahunan sebesar $17 miliar. Di saat gerai-gerai yang pernah
menguasai industri buku kembang-kempis mempertahankan usahanya, Jeff dan
Amazon.com melenggang
serta semakin menguasai pasar buku dengan usaha buku elektroniknya.
Kalau Amazon.com dinobatkan
sebagai bisnis raksasa di bidangnya hari ini, keberhasilan ini merupakan
buah dari sifat Jeff yang tak
pernah kenyang dari rasa laparnya untuk terus berinovasi. Pada tahun 1997, dalam suratnya kepada para pemegang
saham Amazon, ia menyampaikan sebuah pernyataan yang masih terus dikenang
hingga saat ini, “Ini masih hari pertama internet. Kita masih perlu sangat
banyak belajar.”
Jeff tak pernah
melupakan prinsipnya ini, sampai-sampai dua gedung terbesar Amazon.com terbaru
dinamakannya “Day 1 North” dan “Day 1 South”.
![]() |
Plakat gedung baru Amazon |
Pada kesempatan
lain, ia juga pernah mengungkapkan, “Pertanyaan yang acap ditanyakan dalam
bisnis adalah, ‘kenapa?’ Ini pertanyaan yang bagus, tapi pertanyaan yang juga
sama pentingnya adalah, ‘kenapa tidak?” Jeff, kita tahu, adalah sosok yang menghidupi
pernyataan inspiratifnya sendiri ini.
Bisnis online, kenapa tidak? (Sumber: www.tokoon.com/Home/Beranda) |
Inilah Jeff
Bezos, para kolega e-commerce: sang
visioner.
No comments:
Post a Comment