Monday, December 9, 2013

Jeff Bezos, Sang Perintis Amazon

Awalnya dia mungkin hanya seorang geek, yang biasa Anda temui di sekeliling Anda berkutat sepanjang hari di depan komputer, mengerjakan pemrograman-pemrograman ruwet, dan menikmati malam minggu dengan bermain video game.
Jeffrey Preston Bezos, sang sarjana komputer lulusan Princeton dan penggemar Star Trek itu, di usianya yang ke-49 tahun ini adalah salah satu orang terkaya dunia, CEO terbaik kedua versi Harvard Business Review, hanya berada di bawah sang legenda, Steve Jobs, dan salah seorang pemimpin terbaik Amerika versi US News and World Report. Jeff Bezos, panggilannya, adalah CEO Amazon.com, perusahaan yang mengubah cara dunia bertransaksi.
Jeff Bezos
Perjalanannya berawal saat ia mengambil sebuah langkah yang boleh dikatakan nekat. Berhenti setelah menjadi vice president sebuah firma di Wall Street, Jeff membuka usahanya sendiri pada tahun 1994 di garasi rumahnya sendiri. Tetapi mungkin tak ada keputusan yang bisa lebih tepat dari yang diambilnya  ini. Jeff membidik bisnis yang belum digarap orang orang lain sama sekali, toko buku online, dan analisisnya terbukti tepat. Hanya berselang tiga puluh hari sejak Amazon.com diluncurkan pada 16 Juli 1995, usaha rintisannya itu telah melayani penjualan ke seluruh penjuru AS dan 45 negara dunia. Dalam dua bulan, penjualannya mencapai $20.000 per minggu. Semua prestasi ini dicetak Amazon.com tanpa didukung promosi media cetak.

Amazon.com, yang sempat diragukan para analis akan dapat mempertahankan kesuksesannya setelah jaringan gerai buku konvensional besar membuka situs penjualan buku, ternyata mempertahankan pertumbuhan pesatnya seiring waktu. Bisnis ini pun berangsur-angsur memperluas cakupanya dengan menjual berbagai produk lainnya. Nah, sekarang saat Anda mencari apa pun yang tidak bisa didapat di Indonesia, yang terbayang paling pertama tentu Amazon.com bukan?
Dari keuntungan tahun pertamanya yang sebesar $510.000, tahun 2011 silam Amazon.com telah mencetak keuntungan tahunan sebesar $17 miliar. Di saat gerai-gerai yang pernah menguasai industri buku kembang-kempis mempertahankan usahanya, Jeff dan Amazon.com melenggang serta semakin menguasai pasar buku dengan usaha buku elektroniknya.

Kalau Amazon.com dinobatkan sebagai bisnis raksasa di bidangnya hari ini, keberhasilan ini merupakan buah dari sifat Jeff yang tak pernah kenyang dari rasa laparnya untuk terus berinovasi. Pada tahun 1997, dalam suratnya kepada para pemegang saham Amazon, ia menyampaikan sebuah pernyataan yang masih terus dikenang hingga saat ini, “Ini masih hari pertama internet. Kita masih perlu sangat banyak belajar.”
Jeff tak pernah melupakan prinsipnya ini, sampai-sampai dua gedung terbesar Amazon.com terbaru dinamakannya “Day 1 North” dan “Day 1 South”.
Plakat gedung baru Amazon

Pada kesempatan lain, ia juga pernah mengungkapkan, “Pertanyaan yang acap ditanyakan dalam bisnis adalah, ‘kenapa?’ Ini pertanyaan yang bagus, tapi pertanyaan yang juga sama pentingnya adalah, ‘kenapa tidak?” Jeff, kita tahu, adalah sosok yang menghidupi pernyataan inspiratifnya sendiri ini.
Bisnis online, kenapa tidak? (Sumber: www.tokoon.com/Home/Beranda)


Inilah Jeff Bezos, para kolega e-commerce: sang visioner.

No comments:

Post a Comment